Lapangan kampus Pondok Pesantren Sulamul Huda ramai dipenuhi para santri yang menggunakan pakaian serba hitam putih. Pasalnya pada Senin (23/10), Pondok Pesantren Sulamul Huda menggelar upacara bendera dalam rangka memperingati hari santri nasional. Acara tersebut diikuti oleh seluruh santri dan ustaz-ustazah. Para santri putra dalam kesempatan ini juga diminta mengenakan sarung. Hal ini merupakan imbauan dari bupati Ponorogo, bahwa mulai tanggal 16  s.d 24 Oktober seluruh pegawai instansi dan lembaga pendidikan dianjurkan untuk mengenakan pakaian muslim.

Upacara dibina oleh Dr. Muhammad Irfan Riyadi, M.Ag selaku pimpinan Pondok Pesantren Sulamul Huda. Dalam sambutannya, pihaknya menyampaikan sejarah resolusi jihad dan peran santri dalam upaya kemerdekaan bangsa Indonesia. “Di dalam tegaknya bangsa Indonesia, maka para santri pula yang memelihara tegaknya Bangsa Indonesia, dan santri pula yang mengisi kemajuan bangsa Indonesia. Dalam sejarah hari santri ini, muncul akibat resolusi jihad yang dikemukakan oleh  beliau Hadrotus Syaikh Kiyai Hasyim Asy’ari seperti fotonya yang di tengah itu. Itu terjadi setelah kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka dan Pancasila ditegakkan, UUD ’45 dikukuhkan, maka kemudian Belanda, Inggris dan sekuutunya datang ke Surabaya untuk menyerang kota Surabaya. Saat itu dikumandangkan resolusi jihad. Namanya resolusi jihad mesti yang terlibat adalah kaum santri dan umat islam. Akhirnya kaum santri dari Jombang, dari Ponorogo, dari Pasuruan, sampai Banyuwangi, dari Madura, Lamongan, Gresik, dan akhirnya kemudian didukung santri-santri dari luar jawa bersatu menentang Belanda dan agresinya, bersama Inggris.”

“Maka kemudian hari santri ini, tanggal 22 Oktober ini mempersiapkan kejadian 10 November. Tinggal sekitar 18 hari setelah resolusi jihad, maka semua santri berjuang untuk menegakkan bangsa Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 kembali lagi Indonesia mendapatkan serangan dari kaum komunis, siapa yang menegakkan Indonesia, dan menengakkan NKRI, juga Pancasila, adalah kaum santri. Yang membantai orang-orang jahat, orang-orang komunis, ingin menghancurkan Indonesia adalah kaum santri,” tuturnya.

Di akhir sambutan, beliau juga menyampaikan pesan untuk para santri, khususnya santri Sulamul Huda. “Mari kita tegakkan hari santri, santri bangkit kembali untuk jihad membawa persatuan kembali bangsa Indonesia, menjaga NKRI. Maka  Semangatnya NKRI harga mati.”

“Itulah semua anak-anak sekalian, semangat santri yg tidak boleh kendor, yang tidak boleh melemah. Kita semuanya tidak boleh dipecah belah oleh kelompok-kelompok yang berpikir kayaknya berdasarkan islam, tapi sesungguhnya hanya berdasarkan keinginan politik semata.”

“Kita semua hadir untuk memajukan bangsa Indonesia, menjadi bangsa yang maju, tetap NKRI, dan tidak boleh ada yang merongrongnya meskipun itu umat siapapun, apakah itu umat islam, ataupun umat non islam, semuanya menjadi satu kesatuan dalam Bhineka Tunggal Ika,” pungkasnya.

Acara demi acara berjalan lancar dan penuh hidmat. Lagu Yalal Wathon dan Mars Hari Santri turut mengisi upacara pagi itu. Selepas upacara, para santri diminta berkumpul untuk dokumentasi.

Pondok Pesantren Sulamul Huda senantiasa menjaga nilai-nilai positif dan bermuatan pendidikan lewat kegiatan peringatan hari besar Islam dan nasional. Para santri diharapkan mendapat wawasan dan ilmu, sekaligus selalu mengingat momen dan sejarah lewat adanya peringatan hari-hari besar.

Pewarta: Ikhsanudin / Tim Humas dan SUHU Media

Leave a Comment